Output

Terlalu sering menjadi pendengar,
lupa bagaimana caranya agar mudah didengar.
Terlalu sering mengibaratkan gelas kosong,
lupa bagaimana cara menyalurkan isi melalui corong.

Banyak input, minim di output, kok bisa? Prosesnya ada yang pampat? Mesinnya macet?

Bukan sebuah pembelaan, tapi… Kadang, semakin kita bisa merasakan, semakin susah untuk mengaksarakan.

Pertanyaan selanjutnya, kenapa susah? *tarik nafas, hembuskan*

Semoga, setelah ini, kuantitas dan kualitas output-nya meningkat, ya. Semoga.

Leave a comment