Day 18 – Ekspresi

Salah satu kemampuan yang selalu ingin aku tajamkan adalah kemampuan untuk berekspresi, dari segi tulisan, lisan, maupun raut wajah.

Tulisan
Mungkin yang menjadi zona nyamanku adalah dengan tulisan. Ada proses berpikir dan menyaring. Meminimalisir potensi mudharat.

Lisan
Masih tumpul dan butuh diasah adalah berekspresi dari lisan. Salut untuk orang-orang yang jago bercerita melalui lisan. Orang yang bisa membawa orang lain larut dalam emosi dan alur ceritanya. Nggak belibet tapi bisa tepat sasaran.

Raut Wajah
Dulu ada kakak tingkat yang pernah bilang, “kalau lihat mukamu tuh kayak baca komik. Ekspresif banget, mudah terbaca.” Waktu itu, aku menganggapnya sebagai pujian. Tapi ternyata bisa menjadi ujian, karena saat ada badai dalam diri, orang lain dengan mudah membacanya. Bahaya. Masker adalah salah satu senjata untuk menutupinya. Pandemi memaksa kita untuk rutin menggunakan masker, sehingga sudah jarang lagi orang yang menanyakanku, “kenapa kamu pakai masker? Mau nyembunyiin ekspresi ya?” (haha).

Beruntungnya, kalau lisan atau raut wajah atau perpaduan dari keduanya sedang sulit untuk aku kendalikan, selalu ada orang-orang yang ngingetin. Contohnya:

Saat proses mengisi upgrading, sebisa mungkin mencurahkan energi positif melalui setiap kanal yang aku bisa; lisan, tulisan, maupun raut wajah. Ternyata, aku malah mendapatkan energi positif dari peserta upgrading. Apalagi saat mereka saling berbagi tentang mimpi.

Obrolan antar HR wkwk

Maafin ya kalau ekspresiku kadang kurang membuat nyaman. Minta tolong diingetin, biar bisa segera aku perbaiki.

Bu Dian pergi beli selasih
Sekian dan terima kasih~

Leave a comment